Postingan

Sebuah Nama

Sebuah nama yang selalu terucapkan didalam doa ku, yah nama yang kadang tak sengaja ku lontarkan dengan kata-kata seolah membencinya. Seolah-olah tak ingin lagi mengenal dia, seolah-olah ingin memutuskan tali silaturahmi dengannya. Namun, hati nurani masih mengatakan bahwa aku menyayanginya. Dia yang meninggalkan ku dengan sebuah alasan yang tak bisa aku terima begitu saja. Kadangkala aku berfikir itukah alasannya?  Atau ada alasan lain yang mungkin tak ingin ia ceritakan kepadaku? Seiring berjalannya waktu seorang teman memberikankan ku suatu pandangan mengenai masalah ku ini, sebut saja namanya andi nurkhaerunnisa alwi. Yah dia mengeluarkan semua pendapat, kritikan dan lainnya hanya untuk masalah ku ini. Dan alhasil, lambat laun aku mampu menerimanya sedikit demi sedikit. Aku percaya tuhan maha adil dan maha mengetahui hambanya, maka aku tak pantas menghardik takdirku ini. Yang dapat kulakukan hanya menerima dan senantiasa berdoa. Malam ini, kembali aku meminta kepada sang pencip

Sebuah Nama

Sebuah nama yang selalu terucapkan didalam doa ku, yah nama yang kadang tak sengaja ku lontarkan dengan kata-kata seolah membencinya. Seolah-olah tak ingin lagi mengenal dia, seolah-olah ingin memutuskan tali silaturahmi dengannya. Namun, hati nurani masih mengatakan bahwa aku menyayanginya. Dia yang meninggalkan ku dengan sebuah alasan yang tak bisa aku terima begitu saja. Kadangkala aku berfikir itukah alasannya?  Atau ada alasan lain yang mungkin tak ingin ia ceritakan kepadaku? Seiring berjalannya waktu seorang teman memberikankan ku suatu pandangan mengenai masalah ku ini, sebut saja namanya andi nurkhaerunnisa alwi. Yah dia mengeluarkan semua pendapat, kritikan dan lainnya hanya untuk masalah ku ini. Dan alhasil, lambat laun aku mampu menerimanya sedikit demi sedikit. Aku percaya tuhan maha adil dan maha mengetahui hambanya, maka aku tak pantas menghardik takdirku ini. Yang dapat kulakukan hanya menerima dan senantiasa berdoa. Malam ini, kembali aku meminta kepada sang pencip

Curahan Hati

Bagaimana aku bisa membenci mu. Sedangkan dulu kita pernah berbahagia dan mengukir janji bahwa kita akan terus melangkah bersama. Jika pada akhirnya kita memang tak ditakdirkan untuk bersatu, namun ingatlah aku dalam setiap langkah kehidupanmu. Karna sesungguhnya bagaimanapun keadaannya sekarang, aku pernah sebegitu mencintaimu dan begitupun kamu yg pernah berjuang matimatian meyakinkanku. Kamu bukan orang pertama yg kucintai, namun hadirnya kamu membuat aku menjadikanmu tempat untuk menjatuhkan hati. Bukan tentang seberapa susahnya aku ingin lupa,namun seberapa indahnya dan berkesannya semua kenangan kita. Bukan tentang bagaimana caranya aku melupakanmu, namun tentang bagaimana sulitnya aku membiasakan diri tanpa segala kebiasaanmu yg setiap harinya biasa kujumpai. Namun kini semuanya telah berlalu dan pergi. Kamu memilih mengakhiri semua yg terjadi. Aku hampir saja bisa menggapai bintang,namun aku terjatuh menjadi orang yg kamu campakan. Kini kamu sibuk dengan segala duniamu,berbahag

Sebuah Nama

Sebuah nama yang selalu terucapkan didalam doa ku, yah nama yang kadang tak sengaja ku lontarkan dengan kata-kata seolah membencinya. Seolah-olah tak ingin lagi mengenal dia, seolah-olah ingin memutuskan tali silaturahmi dengannya. Namun, hati nurani masih mengatakan bahwa aku menyayanginya. Dia yang meninggalkan ku dengan sebuah alasan yang tak bisa aku terima begitu saja. Kadangkala aku berfikir itukah alasannya?  Atau ada alasan lain yang mungkin tak ingin ia ceritakan kepadaku? Seiring berjalannya waktu seorang teman memberikankan ku suatu pandangan mengenai masalah ku ini, sebut saja namanya andi nurkhaerunnisa alwi. Yah dia mengeluarkan semua pendapat, kritikan dan lainnya hanya untuk masalah ku ini. Dan alhasil, lambat laun aku mampu menerimanya sedikit demi sedikit. Aku percaya tuhan maha adil dan maha mengetahui hambanya, maka aku tak pantas menghardik takdirku ini. Yang dapat kulakukan hanya menerima dan senantiasa berdoa. Malam ini, kembali aku meminta kepada sang pencip

Terlalu mencintai

Aku mungkin hanya salah satu dari sekian banyak orang yang masih berat hati untuk melupakan pasangannya terdahulu. Entah karena cinta yang begitu kuat, begitu tulus atau hanya sebatas kenangan saja yang masih menempel lekat dalam memory. Seandainya aku berterus terang pada dunia, mungkin aku sudah menangisinya setiap malam, jam, menit dan detik. Namun aku sanggup berdiri dalam rapuhnya kisah cintaku, aku selalu meminta dalam sisa waktu yang ada untuk tetap bisa melihat senyumnya dalam kejauhan walaupun aku tahu senyumnya itu bukan lagi untuk dan karenaku.  Bagaimana bisa aku berterus terang, bila dia saja sudah menutup semua harapan-harapan kecilku. Jika ku putar kembali waktu dimana dia putuskan aku, apa salahku? Dia tak bisa menjawab. Tak ada sedikitpun niat untuk merubah segala hal yang sudah mencair ini, aku tak mau seperti ini terus menerus dan akhirnya akupun mengerti apa yang ada difikirannya.  Dia hanya mempermainkan perasaanku saja.  Jika memang ini yang dia inginkan, ak

Wanita

Membohongi wanita yang sudah benar-benar menyayangimu? Kau salah. Mau sampai bagaimanapun kau berkelit membela diri, membenarkan segala argumenmu sendiri, kau tak akan pernah bisa membohongi wanita. Terkadang, satu dua kali kau memang berhasil membohonginya. Tapi untuk ketiga kalinya? Dia tak akan membiarkanmu membohongi dirinya lagi. Saat kamu (laki-laki) berbohong, sebenarnya wanita sudah tahu, namun ia memilih diam. Memilih tetap biasa saja, agar tak terjadi pertengkaran di antara hubungan kalian. Iya, wanita lebih memilih mengalah, demi rasa nyaman di dalam sebuah hubungan. Karena ketika kalian bertengkar dengan kami (perempuan), kami tersiksa. Nafsu makan kami menjadi berkurang, dan kami tak bisa tidur dengan nyenyak. Mengapa kami bisa tahu kebohongan kalian bahkan kebohongan terkecil pun? Hai laki-laki. Lihatlah hati kami, begitu sensitif bukan? Coba bandingkan dengan hati kalian. Maka dari itu, entah secara langsung atau tidak kalian berbohong dengan kami, kami akan tahu yang se

Mungkin

Mungkin saja dia pergi bukan karena dia yang jahat. Bukan karena dia yang ingin sengaja menyakitimu. Tetapi mungkin karena dia sudah lelah bersabar menghadapi egoisnya sikapmu. Lelah dengan keinginan kamu yang selalu harus dituruti. Dia benar-benar merasa hubungan itu menjadi milikmu saja, bukan milik berdua lagi. Segala yang dijalani bersama, tiba-tiba menjadi menjadi kendalimu sepenuhnya. Tidak ada lagi tukar suara. Tidak ada lagi saling menerima yang berbeda. . Mungkin saja dia pergi bukan karena dia tidak tangguh. Bukan karena dia tidak bisa diandalkan. Tetapi mungkin karena sikapmu yang suka berpikir dangkal. Setiap hal kecil selalu saja kamu masalahkan. Hal-hal sepele selalu saja kamu besar-besarkan. Hingga akhirnya membuat perasaan teramat lelah kemudian. Dia mencoba sabar berkali-kali menghadapi kamu. Namun semakin diberi hati, kamu mulai menusuk jantungnya, menelan kepalanya, memusnahkan rasa nyamannya. . Mungkin, dia pergi bukan karena cintanya sudah habis. Tetapi mungkin