Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Genggam Erat Hatiku

Aku pinta kepadamu. Dapatkah kau meluang waktu lima menit saja setiap harinya. Aku pinta waktumu yang lima menit itu. Genggam erat tanganku. Genggam erat hatiku. Aku ingin selalu begini di sisimu. Kau boleh terbang ke mana saja. Kau boleh mengembara ke banyak ruang dan waktu. Keberadaan hatimu tetap di hatiku. Aku lelah engkau abaikan pada setiap kesempatan. Aku lelah berlari mengejar kamu yang enggak peduli. Sesekali kau yang gantian mengejarku. Setelah capek mengejarku, aku selalu di sini menyambutmu dengan senyuman yang hangat, hati yang damai. Aku enggak meminta banyak hal darimu. Aku hanya meminta keberadaan waktumu engkau prioritaskan untuk kebahagiaanku. Bukankah kita berlari dan terus berlari untuk kebahagiaan yang ingin kita miliki. Kau selalu menyatakan kepadaku bahwa kebahagiaanmu adalah ketika aku ada di sisimu. Aku ingin melihat pagi hari, menyambut matahari terbit, berdua saja denganmu. Enggak ada dering telpon panggilan jarak jauh dari rekan kerjamu yang selalu saja m

Memaafkan Selingkuh

Kau berselingkuh dengan seseorang. Aku baru tahu hal itu. Aku meminta putus darimu. Kamu katakan tidak bisa begitu. Kenapa minta putus? "Karena aku tidak ingin diselingkuhi." Aku ini perempuan. Aku mempunyai perasaan. Dia yang menjadi selingkuhanmu juga mempunyai perasaan. Tidak ada orang yang benar-benar ingin diselingkuhi. Kau meminta maaf. Aku enggak mamu memaafkan kamu. Kau terus saja meminta maaf. Berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Untuk pertama kali aku memaafkan kamu yang berselingkuh. Kau kembali seperti hari-hari semula. Tenang dan adem. Perhatian dan penuh kasih sayang. Aku percaya dengan kata-katamu. Aku berpikir kamu memang berkomitmen dengan kata-katamu. Ah, setelah segala sesuatu menjadi hampir terlupakan. Saat aku tidak lagi memikirkan tentang kamu yang pernah selingkuh. Segala sesutu menjadi baik-baik saja. Kemudian aku mendengar lagi desas-desus selingkuhan yang kedua kali. Aku selidiki sendiri. Benar kau berselingkuh. Hatiku rapuh. Jiwaku hancur. Har

Menghapus Mantan

Menghapus kenangan bersamamu suatu hal sia-sia yang aku lakukan. Sebab bagaimanapun aku memaksa diriku sendiri untuk melupakan segala sesuatu yang berhubungan denganmu, selalu saja ada yang berbekas. Kenangan adalah bayang-bayang. Di mana ada cahaya selalu ada saja bayang-bayang. Aku hanya bisa mendoakanmu berkali-kali. "Aku doakan engkau bersama orang yang tepat. Aku doakan kamu bersama orang yang selalu menjagamu dengan baik. Aku ikhlaskan kamu untuk menjauh dariku." Izinkan aku mengulang-ulang doa itu setiap hari. Hanya dengan cara begitu aku mampu melepasmu perlahan-lahan. Doaku membuat aku kuat bahwa tidak semua yang kita harapkan sesuai dengan harapan. Ada saat di mana aku menerima tersenyum bahwa kenyataan itu pahit sekaligus manis. Menghapusmu dari ingatanku itu sesuatu yang tidak mungkin. Kamu adalah air laut. Sedangkan aku adalah dayung kecil. Bagaimana mungkin aku membuang air laut dengan gayung yang kecil. Maka biarkan aku belajar tersenyum setiap hari sembari

Hiduplah Di Hari Ini

Tidak akan ada yang mampu kita ubah saat hal itu berhubungan dengan waktu. Ia berjalan terus tanpa henti. Hingga menjadilah ia masa lalu, yang tak akan kembali. Juga masa depan, ia bukan hal yang dapat kita prediksi begitu saja. Masa depan adalah sebuah misteri dan akan tetap menjadi misteri. Tapi, sadarkah kita jika hari ini adalah hasil dari hal yang kita lakukan di masa lalu? Juga hal yang kita lakukan  dihari ini adalah yang akan menentukan masa depan kita? Jangan hidup dimasa lalu, dan jangan pula khawatir akan masa depan. Hiduplah di hari ini dengan sehidup-hidupnya. Hiduplah dengan menjadi diri kita sendiri. Sebaik-baiknya diri kita sendiri.

Cerita DiBalik Nama Itu

Entah sebenarnya apa yang terjadi. Namun, aku sering  berfikir bahwa kadangkala kau ingin ku jadikan sahabat. Iya sahabat, orang yang mengerti suka duka ku. Orang yang dapat mengerti apa keinginan ku.  Namun, kurasa itu kemustahilan bagiku. Dulu kau dan aku begitu dekat. Dimana kita memulai menjalin pertemanan,  tak ada paksaan dari siapapun. Hingga hari itu, entah kenapa aku ingin lebih dari itu. Tampak keegoisan ku ingin menjadi satu-satunya orang yang dapat kau bagi suka duka mu. Sampai aku rela mereka cap sebagai teman yang abal-abalan cuma untuk mendapatkan perhatianmu. Caraku ini memang bodoh, nama baikku ku korbankan hanya untuk kamu. Tapi kamu sama sekali tidak memberi respon apapun. Hingga hari dimana aku bosan berada dalam kebingungan dan kebodohan itu. Aku mulai tak memikirkan yang namanya persahabatan. Aku lebih memilih apapun yang sifatnya berlawanan dengan yang namanya persahabatan. Permasalahanku kian lama kian bertambah. Entahlah akhir-akhir ini apa yang selalu ku perbu