Mungkin

Mungkin saja dia pergi bukan karena dia yang jahat. Bukan karena dia yang ingin sengaja menyakitimu. Tetapi mungkin karena dia sudah lelah bersabar menghadapi egoisnya sikapmu. Lelah dengan keinginan kamu yang selalu harus dituruti. Dia benar-benar merasa hubungan itu menjadi milikmu saja, bukan milik berdua lagi. Segala yang dijalani bersama, tiba-tiba menjadi menjadi kendalimu sepenuhnya. Tidak ada lagi tukar suara. Tidak ada lagi saling menerima yang berbeda.
.
Mungkin saja dia pergi bukan karena dia tidak tangguh. Bukan karena dia tidak bisa diandalkan. Tetapi mungkin karena sikapmu yang suka berpikir dangkal. Setiap hal kecil selalu saja kamu masalahkan. Hal-hal sepele selalu saja kamu besar-besarkan. Hingga akhirnya membuat perasaan teramat lelah kemudian. Dia mencoba sabar berkali-kali menghadapi kamu. Namun semakin diberi hati, kamu mulai menusuk jantungnya, menelan kepalanya, memusnahkan rasa nyamannya.
.
Mungkin, dia pergi bukan karena cintanya sudah habis. Tetapi mungkin karena kamu menabung duri di dadanya dan terus membuat perasaannya teriris. Dia mencoba berkali-kali memperbaiki hal yang selalu ini kamu rusak. Semakin kuat dia memulai lagi, semakin jahat saja kamu menyakitinya.
.
Mungkin, dia pergi bukan karena dia tidak ingin hidup denganmu. Tetapi mungkin karena kamu pelan-pelan menyesakkan napasnya. Membunuh semua impiannya. Menyerang segala hal yang dia perjuangkan. Kamu jatuhkan semua yang dia tinggikan. Kamu hancurkan segala harapan yang dia bangun. Dia akhirnya pergi bukan karena ketangguhannya sudah pupus. Dia pergi hanya untuk menerima yang bisa menerimanya dengan lebih tulus, bukan yang membunuh pelan-pelan perasan dan menyingkirkan semua rasa nyaman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Amnesiamu

Diamku

Sebuah Nama