Terlalu mencintai

Aku mungkin hanya salah satu dari sekian banyak orang yang masih berat hati untuk melupakan pasangannya terdahulu. Entah karena cinta yang begitu kuat, begitu tulus atau hanya sebatas kenangan saja yang masih menempel lekat dalam memory.

Seandainya aku berterus terang pada dunia, mungkin aku sudah menangisinya setiap malam, jam, menit dan detik. Namun aku sanggup berdiri dalam rapuhnya kisah cintaku, aku selalu meminta dalam sisa waktu yang ada untuk tetap bisa melihat senyumnya dalam kejauhan walaupun aku tahu senyumnya itu bukan lagi untuk dan karenaku. 

Bagaimana bisa aku berterus terang, bila dia saja sudah menutup semua harapan-harapan kecilku.

Jika ku putar kembali waktu dimana dia putuskan aku, apa salahku? Dia tak bisa menjawab.

Tak ada sedikitpun niat untuk merubah segala hal yang sudah mencair ini, aku tak mau seperti ini terus menerus dan akhirnya akupun mengerti apa yang ada difikirannya. 

Dia hanya mempermainkan perasaanku saja. 

Jika memang ini yang dia inginkan, aku ikhlaskan segalanya.

Aku berharap dia katakan yang sebenarnya, jangan malah meninggalkan aku tanpa sebab dan meninggalkankan rasa cintaku begitu saja. 

Benar aku sudah pernah mencoba melupakannya, namun dia kembali datang dan berakhir dengan memberi harapan palsu. Dia tahu betapa besar cintaku padanya dan dia mencari setiap kesempatan itu untuk kembali menarik perhatianku, aku coba bertahan tapi aku benar tak sanggup. 

Tangisku sudah tak berjatuhan lagi, mungkin sudah letih untuk menangisinya. 

Berbagai macam cara, nasehat sudah ku lewati dan ku jalani. Tapi masih saja hati dan fikiranku berada pada dirinya, dan kenyataannya tak sejalan dengan apa yang diharapkan. 

Aku malu pada Tuhan, mengemis cinta yang sedang mencintai hati yang lain. 

Berjuang dalam hal ini, sendiri lebih dari hampir beribu malam. Tolong keluarkan aku dari fikiran sempit ini. Karena kamu---semua hal tentang diriku sendiri itu malah hilang, aku kehilangan energiku untuk bangkit, aku kehilangan segala halnya tentang masa mudaku.

Aku terluka, sangat terluka. Bantu aku dengan cara membencimu, jangan buat aku kembali dan kemudian kau tinggalkan kembali. 

Dahulu aku memang yang kau cintai, tapi sekarang kau buat aku hanya sebagai pelampiasan. Hanya sebagai bonekamu yang dimainkan kapanpun. Sesuka hatimu. Ingat, ini hati bukan wahana untuk bermain-main.

Betapa berartinya dirimu untukku, karena setiap hal tentangmu kusimpan rapat dalam kenanganku. 

Dan hanya aku biarkan saja menjadi angin, segala hal buruk tentangmu. 
Mungkin itu salahku! 
Aku terlalu mencintaimu.
Hingga saat aku kehilanganmu saja aku masih tetap mencintaimu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menjadi Amnesiamu

Diamku

Sebuah Nama